Minggu, 4 Mei 2008
Tema: "Allah Buka Jalan Saat Tiada Jalan" (Keluaran 13:17 - 14:13)
Pembicara: Pdt. Ayub Yahya
Pernah dengar lagu "God will make a way when there seems to be no way"?
"Dia buka jalan saat tiada jalan." A very familiar song, yang bisa dinyanyikan di luar kepala. But do we really think it / believe it when we sing it? Ini bukanlah ungkapan 'kosong', tapi 'riil'.
Pernahkah mengalami krisis dalam hidup? Situasi tak berdaya?
Pasti at some point, kita semua pernah. Tetapi kita tetap bisa bertahan sampai saat ini karena ada orang2 yang membantu - i.e. God sends us the right people at the right place, at the right time.
Lihat 2 Samuel 17: 27-29 --> sesuatu yang tidak terduga, Tuhan mengutus orang2 yang tidak dikenal untuk menolong Daud.
Tapi hati-hati, jangan menyelewengkan arti "Dia buka jalan saat tiada jalan."
Ilustrasi: Kalau seorang anak tidak lulus SMA, tidak mendapat ijazah, lalu ada kesempatan 'membeli' ijazah palsu - apakah itu "jalan" yang dibukakan oleh Tuhan?
Jadi, bagaimana membedakan mana "jalan dari Tuhan" dengan "jalan yang sesat"?
Hanya 1 kriteria: Tuhan tidak mungkin memberikan jalan yang melanggar/bertentangan dengan Firman-Nya.
Mentok? Jalan buntu?
Mungkin kita pernah atau sedang mengalami "jalan buntu", feeling stuck, nowhere to go (or simply don't know where to go). Kita sudah berusaha terus-terusan, tetapi tetap tidak ada jalan yang terbuka. Kita bertanya, "Where is God?"
Dalam situasi seperti ini, ada beberapa kemungkinan:
(1) Memang Tuhan belum membuka jalan karena Dia mau mengajari kita untuk bersabar dan berserah kepada-Nya.
Mungkin tanpa sadar, kita masih mengandalkan diri sendiri, masih ada kesombongan dalam diri, masih merasa "I can solve this", masih berusaha memakai kemampuan sendiri.
- Analogi: orang yang hampir tenggelam, tidak bisa ditolong saat masih 'menggelepar', tetapi ditunggu sampai lemas/tak berdaya, baru bisa di-rescue.
Mungkin persoalannya ada pada diri kita sendiri; kita sendiri yang 'mempersulit' jalan untuk terbuka dgn kriteria yang kita tetapkan.
- Analogi: seorang pria dewasa sampai sekarang belum mendapat pasangan, karena 'kriteria' terlalu banyak: harus baik, cantik, pinter, kaya, etc.
[intermezzo: Ingat rumusan 3B: Berdoa, Berusaha, Bercermin. :-D]
(2) Tuhan sudah berusaha menolong, tetapi kita tidak peka bahwa itu adalah jalan Tuhan.
Kita masih sibuk 'asyik' bergulat dengan masalah-masalah kita, terhisap dengan 'rasa kasihan' pada diri sendiri (wallowing in self-pity).
- Analogi: pendeta yang tenggelam di rumah yang kebanjiran ketika sedang menyiapkan khotbah "iman yang memindahkan gunung". Sesampai di pintu sorga, dia mempertanyakan kenapa Tuhan tidak menolong dia di saat kebanjiran padahal dia sudah beriman, Tuhan menjawab bahwa sudah 3 kali berusaha menolong tetapi tidak digubris.
(3) Kita menuntut Tuhan menolong dengan cara dan waktu yang kita inginkan.
Mungkin ada tuntutan dari kita yang Tuhan tidak perkenan. We think we know best.
- Analogi: pemuda yang jatuh ke jurang, nyangkut di akar. Tuhan bilang, 'lepaskanlah peganganmu di akar', tetapi pemuda tsb takut, dan malah minta Tuhan menyelamatkan dengan cara lain i.e. lemparkan tali dari atas, or kirim orang untuk mengangkat. Padahal dia itu tidak tahu bahwa jurang itu hanya setengah meter di bawahnya.
Intinya: kita ada PERAN SERTA dalam "membuka jalan".
Ingat perkataan Musa di Kel. 14:13: "Janganlah takut; Berdirilah tetap; Lihatlah keselamatan dari Tuhan!"
(1) Janganlah takut
- Ketakutan membuat kita lumpuh; potensi kita malah hilang. Orang yang 'kalah mental' dan selalu punya gambaran negatif, akhirnya malah benar2 menjadi tidak berdaya.
- Ketakutan membuat kita panik, lalu berbuat nekad. Just like the pigmalion effect: isu disebarkan, akhirnya malah benar2 kejadian (i.e. isu bank yang bankrut, malah benar2 menjadi bankrut karena semua orang menarik uangnya).
- Ketakutan membuat kita kehilangan kasih; kita menjadi self-centred dan melupakan orang di sekitar (lihat Keluaran 14: 9-14).
So, bagaimana sebaiknya menghadapi ketakutan?
- Sadari bahwa tidak ada hal yang abadi di dunia ini; do not be attached to things of this world.
- Sadari bahwa hidup kita ini milik Tuhan; it's up to Him what to do, give, and take in our life.
- Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan berserah, tidak dicengkeram ketakutan. (Watchout, jangan salah interpretasi: bedakan hidup "berserah" dengan menjadi "pasrah"/being passive and doing nothing at all. Bukan itu maksudnya.)
(2) Berdirilah tetap
- "Berdiri tetap" = tegar, teguh dalam iman dan prinsip kepada Tuhan. Imanlah yang memungkinkan kita meyakini rancangan Tuhan dalam hidup kita. Ketika masalah datang bertubi-tubi, jangan jatuh pada tawaran duniawi; justru seharusnya kita semakin mendekatkan kepada Tuhan.
- Analogi: Seorang pelaut, ketika ombak datang, hendaklah memperkuat layar.
- Similarly: manusia, ketika persoalan datang, hendaklah memperkuat iman.
(3) Lihatlah keselamatan dari Tuhan!
- Ubah fokus! Jangan lagi terpusat pada diri sendiri atau permasalahan kita, tetapi pada Tuhan sang pemberi kehidupan.
- Analogi: Petrus sempat bisa berjalan di atas air, mengikuti Yesus sampai ke tengah; tetapi ketika mulai sadar akan ombak/angin/keadaan disekitarnya, dia menjadi goyah dan jatuh.
End Note
Mari kita menjalani hidup dengan iman, dan mendasarkan iman kita hanya pada kasih dan integritas Tuhan (yang tidak pernah berubah), bukan pada realita atau pengalaman (yang notabene selalu berubah2).
Selamat menjalani hidup dengan IPK [Iman, Pengharapan, dan Kasih].
-tmsh-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Good sermon ! Nah, tambahin imeemnya lagu Don Moen itu 'God will make a way'. Baru pas deh.
Post a Comment