Showing posts with label catatan khotbah. Show all posts
Showing posts with label catatan khotbah. Show all posts

Thursday, May 8, 2008

Catatan Sesi: Manajemen Konflik

Manajemen Konflik
Gali-gali notes lama dari Kamp Jemaat tahun lalu, ketemu sebuah topik yang simple tapi cukup relevan untuk kehidupan bergereja maupun konteks umum/universal.

For our enlightenment and spiritual growth, personally as well as together, serving as a body of Christ. God bless :-)

-tmsh-

---

Notes dari Kamp Jemaat GPO, Jan 2007
Kapita Selekta: Manajemen Konflik
Pembicara: Pdt. Juswantori Ichwan

Apa itu konflik?
Konflik = perselisihan yang terjadi karena dua orang atau lebih mempunyai kepentingan yang berbeda atas satu objek sasaran.
Contoh: Konflik di GPO misalnya ada dua majelis yang mempunya visi yg indah, tetapi berbeda.

Apa penyebab konflik?
Lihat Yakobus 4: 1-3.
Konflik disebabkan oleh hawa nafsu/pemikiran/keinginan pribadi, yang tidak didahului dengan berdoa, atau berdoa tetapi salah berdoa.

Apa faktor pemicu konflik?
1. Ucapan: Bahasa verbal dan non-verbal, i.e. ekspresi, intonasi, pilihan kata-kata.
2. Tulisan: Bisa terjadi kesalahpahaman/salah penafsiran, i.e. via sms, email, surat.
3. Sikap tertentu: Body language juga berbicara, i.e. air muka, postur, gerak-gerik/gestures.
4. Keputusan: Jika disampaikan secara sepihak atau dengan cara yang kurang bijak, could be taken personally. ('catatan kilat' on how to handle this: ngelobi dulu, baru sampaikan keputusan)

Contoh kasus: Paulus vs Barnabas
Lihat Kisah 15: 35-39.
Semula akrab --> terjadi dialog --> terungkap keinginan --> ada ucapan keras --> ada prasangka negatif --> berlangsung debat mulut --> terjadi perpecahan.

Mengapa perlu menyelesaikan konflik?
1. Konflik dalam satu masalah akan menimbulkan masalah yang lain.
2. Melumpuhkan semangat melayani.
3. Mengganggu kesehatan.
4. Menghabiskan energi.
5. Mengecewakan Tuhan.

Bagaimana menyelesaikan konflik?

> Cara PREVENTIF / pencegahan <

Sebisa mungkin, berusahalah meminimalkan konflik. Lihat Roma 12:18 --> "Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"

Langkah yang bijak dan Kristiani dalam mencegah konflik:

1) Perhatikan kata-kata kita.

  • Jangan mewakili perkataan orang lain
  • Jangan memakai kata-kata yang keras/memojokkan
  • Jangan memakai nada/kata yang mengancam
  • Jangan memakai humor yang berisi ejekan/sarkasma
Melainkan:

  • Pihak yang berkepentingan hendaklah menyampaikan sendiri pikiran/perasaannya
  • Pakailah kata-kata yang positif dan membangun
  • Tunjukkan ekspresi dan sikap yang penuh pengertian
  • Boleh bercanda, tetapi jangan 'menyerang' pihak tertentu - kalau perlu, ledek diri sendiri aja :-)

2) Perhatikan waktu bicara.

Carilah waktu yang tenang, dan saat pikiran jernih. Hindari memberi saran/mengkritik saat orang tsb sedang lelah/capek (biasanya saran/kritik akan 'mental' balik karena timbul defensiveness).

3) Perhatikan tempat bicara.

Carilah tempat yang tidak bising, tidak banyak distraction. Fokus pada topik yang dibahas.

PS: Utamakan mencari waktu dan tempat yang tepat dibandingkan terburu-buru/secepat mungkin. (At the same time, harus balance, jangan ditunggu terlalu lama-lama sampai masalah yg 'hangat' keburu menjadi 'panas'.)


> Cara KURATIF / penyembuhan <

Ketika 'nasi sudah menjadi bubur' alias konflik sudah terjadi, hindari ber-reaksi secara 'spontan'/knee-jerk reaction, karena justru dapat membuat keadaan semakin memanas.

Langkah yang bijak dan Kristiani dalam mengatasi konflik:

1) Kenali apa masalahnya.

Apakah itu masalah kita? Masalah saya? Masalah dia pribadi? Atau masalah orang lain?

Remember: "Hurt people" hurt people.
Dalam arti: Orang yang sakit hati biasanya akan menyakiti orang lain juga, tanpa dia sadari.

[Quote Pak Juswan: "Yang waras, ngalah lah..."] :-)

2) Selesaikanlah segera.

Konflik menghambat hubungan kita dengan Tuhan. Lihat Matius 5: 22-25 --> haruslah kita berdamai dulu dengan saudara kita sebelum membawa persembahan kepada Tuhan.

Ada 2 jenis "amarah" dari Alkitab:
[-] ORGE (api dalam sekam) --> tidak baik, karena menyimpan perasaan di dalam, masalah tidak terselesaikan
[+] THUMOS (menyala dan padam) --> baik, karena membuka jalan untuk menyelesaikan masalah

3) Temui dan belajar mendengar.

- Dengarkan dengan hati dan pikiran terbuka, tanpa membawa prasangka dini.
- Jangan hanya mendengarkan kata-katanya, tetapi juga pahami perasaannya.
- Ungkapkan lagi apa yang kita tangkap, supaya ia merasa dimengerti, dan kita tidak menyimpulkan secara keliru.

4) Pakai kata-kata yang bijak.

DO:
Pakailah kata-kata yang mendamaikan/peaceful words, dengan berendah hati.
- "Maafkan saya," atau "Saya yang salah," atau "Mungkin kita berdua salah mengerti, tetapi saya juga memang ada bagian yang salah."
- "Yes, you are my friend. I don't want to lose you because of this problem. Ayo kita mulai lagi semuanya dengan lebih baik."
- "Dari masalah ini, saya belajar...."

DON'T:
JANGAN memakai kata 'always' or 'never', karena kedua kata ini sudah seperti memberikan "vonis" bagi kawan bicara kita.
- ALWAYS ("Kenapa sih kamu itu selalu begini...." / "You always...")
- NEVER ("Kamu tidak pernah mendengarkan pendapat saya dulu..." / "You never...")

Selamat bertumbuh bersama!

Monday, May 5, 2008

Catatan Khotbah: Allah Buka Jalan Saat Tiada Jalan

Minggu, 4 Mei 2008
Tema: "Allah Buka Jalan Saat Tiada Jalan" (Keluaran 13:17 - 14:13)
Pembicara: Pdt. Ayub Yahya

Pernah dengar lagu "God will make a way when there seems to be no way"?
"Dia buka jalan saat tiada jalan." A very familiar song, yang bisa dinyanyikan di luar kepala. But do we really think it / believe it when we sing it? Ini bukanlah ungkapan 'kosong', tapi 'riil'.


Pernahkah mengalami krisis dalam hidup? Situasi tak berdaya?
Pasti at some point, kita semua pernah. Tetapi kita tetap bisa bertahan sampai saat ini karena ada orang2 yang membantu - i.e. God sends us the right people at the right place, at the right time.

Lihat 2 Samuel 17: 27-29 --> sesuatu yang tidak terduga, Tuhan mengutus orang2 yang tidak dikenal untuk menolong Daud.

Tapi hati-hati, jangan menyelewengkan arti "Dia buka jalan saat tiada jalan."
Ilustrasi: Kalau seorang anak tidak lulus SMA, tidak mendapat ijazah, lalu ada kesempatan 'membeli' ijazah palsu - apakah itu "jalan" yang dibukakan oleh Tuhan?

Jadi, bagaimana membedakan mana "jalan dari Tuhan" dengan "jalan yang sesat"?
Hanya 1 kriteria: Tuhan tidak mungkin memberikan jalan yang melanggar/bertentangan dengan Firman-Nya.

Mentok? Jalan buntu?
Mungkin kita pernah atau sedang mengalami "jalan buntu", feeling stuck, nowhere to go (or simply don't know where to go). Kita sudah berusaha terus-terusan, tetapi tetap tidak ada jalan yang terbuka. Kita bertanya, "Where is God?"

Dalam situasi seperti ini, ada beberapa kemungkinan:

(1) Memang Tuhan belum membuka jalan karena Dia mau mengajari kita untuk bersabar dan berserah kepada-Nya.
Mungkin tanpa sadar, kita masih mengandalkan diri sendiri, masih ada kesombongan dalam diri, masih merasa "I can solve this", masih berusaha memakai kemampuan sendiri.
- Analogi: orang yang hampir tenggelam, tidak bisa ditolong saat masih 'menggelepar', tetapi ditunggu sampai lemas/tak berdaya, baru bisa di-rescue.

Mungkin persoalannya ada pada diri kita sendiri; kita sendiri yang 'mempersulit' jalan untuk terbuka dgn kriteria yang kita tetapkan.
- Analogi: seorang pria dewasa sampai sekarang belum mendapat pasangan, karena 'kriteria' terlalu banyak: harus baik, cantik, pinter, kaya, etc.
[intermezzo: Ingat rumusan 3B: Berdoa, Berusaha, Bercermin. :-D]

(2) Tuhan sudah berusaha menolong, tetapi kita tidak peka bahwa itu adalah jalan Tuhan.
Kita masih sibuk 'asyik' bergulat dengan masalah-masalah kita, terhisap dengan 'rasa kasihan' pada diri sendiri (wallowing in self-pity).
- Analogi: pendeta yang tenggelam di rumah yang kebanjiran ketika sedang menyiapkan khotbah "iman yang memindahkan gunung". Sesampai di pintu sorga, dia mempertanyakan kenapa Tuhan tidak menolong dia di saat kebanjiran padahal dia sudah beriman, Tuhan menjawab bahwa sudah 3 kali berusaha menolong tetapi tidak digubris.

(3) Kita menuntut Tuhan menolong dengan cara dan waktu yang kita inginkan.
Mungkin ada tuntutan dari kita yang Tuhan tidak perkenan. We think we know best.
- Analogi: pemuda yang jatuh ke jurang, nyangkut di akar. Tuhan bilang, 'lepaskanlah peganganmu di akar', tetapi pemuda tsb takut, dan malah minta Tuhan menyelamatkan dengan cara lain i.e. lemparkan tali dari atas, or kirim orang untuk mengangkat. Padahal dia itu tidak tahu bahwa jurang itu hanya setengah meter di bawahnya.

Intinya: kita ada PERAN SERTA dalam "membuka jalan".
Ingat perkataan Musa di Kel. 14:13: "Janganlah takut; Berdirilah tetap; Lihatlah keselamatan dari Tuhan!"

(1) Janganlah takut
- Ketakutan membuat kita lumpuh; potensi kita malah hilang. Orang yang 'kalah mental' dan selalu punya gambaran negatif, akhirnya malah benar2 menjadi tidak berdaya.
- Ketakutan membuat kita panik, lalu berbuat nekad. Just like the pigmalion effect: isu disebarkan, akhirnya malah benar2 kejadian (i.e. isu bank yang bankrut, malah benar2 menjadi bankrut karena semua orang menarik uangnya).
- Ketakutan membuat kita kehilangan kasih; kita menjadi self-centred dan melupakan orang di sekitar (lihat Keluaran 14: 9-14).

So, bagaimana sebaiknya menghadapi ketakutan?
- Sadari bahwa tidak ada hal yang abadi di dunia ini; do not be attached to things of this world.
- Sadari bahwa hidup kita ini milik Tuhan; it's up to Him what to do, give, and take in our life.
- Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan berserah, tidak dicengkeram ketakutan. (Watchout, jangan salah interpretasi: bedakan hidup "berserah" dengan menjadi "pasrah"/being passive and doing nothing at all. Bukan itu maksudnya.)

(2) Berdirilah tetap
- "Berdiri tetap" = tegar, teguh dalam iman dan prinsip kepada Tuhan. Imanlah yang memungkinkan kita meyakini rancangan Tuhan dalam hidup kita. Ketika masalah datang bertubi-tubi, jangan jatuh pada tawaran duniawi; justru seharusnya kita semakin mendekatkan kepada Tuhan.
- Analogi: Seorang pelaut, ketika ombak datang, hendaklah memperkuat layar.
- Similarly: manusia, ketika persoalan datang, hendaklah memperkuat iman.

(3) Lihatlah keselamatan dari Tuhan!
- Ubah fokus! Jangan lagi terpusat pada diri sendiri atau permasalahan kita, tetapi pada Tuhan sang pemberi kehidupan.
- Analogi: Petrus sempat bisa berjalan di atas air, mengikuti Yesus sampai ke tengah; tetapi ketika mulai sadar akan ombak/angin/keadaan disekitarnya, dia menjadi goyah dan jatuh.

End Note
Mari kita menjalani hidup dengan iman, dan mendasarkan iman kita hanya pada kasih dan integritas Tuhan (yang tidak pernah berubah), bukan pada realita atau pengalaman (yang notabene selalu berubah2).

Selamat menjalani hidup dengan IPK [Iman, Pengharapan, dan Kasih].

-tmsh-

Monday, April 7, 2008

Catatan Khotbah: Misteri Kedaulatan Allah

Minggu, 6 April 2008
Tema: "Misteri Kedaulatan Allah" (Kejadian 25: 19-34 -- kisah Esau dan Yakub)
Pembicara: Pdt. Ayub Yahya

Apa itu "misteri"?

Hidup tidak bisa lepas dari misteri. Kita dikelilingi misteri dalam keseharian kita, i.e.

  • Cinta - Why do I love A, why don't I love B? Why does love come and go?
  • Kelahiran - Why was I born into this family? Why do I have red hair?
  • Kematian - Where do we go after death? Why did he/she have to die so young?

Misteri itu baik.

  1. "Bikin hidup lebih hidup." Hidup jadi lebih berarti, bergairah, fun. E.g. rubicube, playing PS games with unknown outcome, solving sudoku problems.
  2. Mendorong manusia untuk menggali potensi & talenta. Karena manusia belajar, hal yg dulu misteri, skrg tdk lagi. E.g. man reaches the moon.

Kenapa ada misteri?

Supaya manusia jangan sombong. Sepintar2nya manusia, akan selalu terbatas dgn keterbatasan. Selalu akan ada pertanyaan yg tdk bisa terungkap/terpecahkan, i.e.

  • Why does God allow suffering? Dimana kasih, keadilan, kuasa Tuhan di tengah2 orang tidak berdosa yg menderita? Mother Teresa also struggled with this question. (Umat bertanya, "Salah siapa, Tuhan? Salah saya, atau nenek moyang saya?" Tuhan menjawab, tetapi malah dengan menambah misteri, "Bukan salah siapa2, tetapi supaya nama Tuhan dipermuliakan.") --- what???
  • Mengapa bangsa Israel yg dipilih Tuhan, bukan bangsa lain? etc.

Di dalam segala misteri ada kedaulatan dan otoritas Tuhan.

Ayub 42: 2-3 --> Job realizes, percuma protes kepada Tuhan, it's reality and in His plan.

At best, kita bisa memaknai misteri, walaupun tidak selalu bisa mengungkapnya.

Seorang anak melihat seekor burung mati dan bertanya kpd ibunya, "Mengapa burung itu mati?" Ibunya menjawab, "Karena burung itu hidup. Semua yang hidup, akhirnya akan mati." Anaknya kembali bertanya, "Kenapa semua yang hidup harus mati?" This seems like a simple question but, as is the mystery of life and death, it is actually not that simple. Ibunya menjawab dengan hikmat, "Kematian menunjukkan bahwa hidup itu berharga. Karena itu, jangan menyia2kan hidup pemberian Tuhan."

Kita mungkin tidak bisa sepenuhnya mengerti kedaulatan Tuhan dalam hidup kita, tetapi yang pasti, kita bisa memaknainya sbb:

  1. Hidup kita berada di bawah kendali Tuhan, di dalam tangan Tuhan. Therefore, kita tidak perlu putus asa. Jangan pernah kecil hati dalam segala pergumulan. (Tetapi, tetap mawas diri dalam segala sesuatu.)
  2. Kita tidak bisa hidup hanya mengandalkan akal, tetapi juga butuh iman. Sehebat apapun seseorang, otak eventually akan "berhenti", tetapi iman terus berlanjut.
  3. Kita diajar untuk menerima segala sesuatu apa adanya. Dengan demikian, kita dpt lebih bebahagia. Sehingga kita dapat hidup dengan lebih rela (masalah boleh saja ada, tapi terima dgn rela.) Ada kalanya kita perlu "mengikuti aliran sungai", tidak memaksakan arah yg kita pikir yg terbaik.

Berdamai dgn kenyataan itu indah, ketika kita menyadari bahwa 'kenyataan' itu berada di dalam rencana Tuhan. Apapun misteri, kondisi, atau pergumulan yang sedang kita alami dalam hidup - serahkanlah pada Dia, sang pemilik kehidupan yang sejati.

-tmsh-